Sebuah merk sepatu industri rumah tangga yang dikelola oleh Ibu Amanah (67) yang berpusat di Kampung Malang, Kelurahan Purwodinatan. Spesial pagi ini, Sabtu 23 Januari 2017 saya mewawancarai beliau, lansia bertubuh tegap yang memiliki hobi menyanyi. Rencananya saya datang bersama seorang kawan dari Kampung Malang, Roni. Sayang, ia tidak di rumah, salah saya juga mendadak dan Whatsaapnya tidak aktif.
Berbekal senyum dan tegur saya meminta izin melihat-lihat ragam sepatu dan pernak-pernik dari segala rupa yang menjadikan sepatu layak nyaman di kaki. Setelah saya sudah cukup nyaman dengan keaadaan sekitar dan Bu Aminah pun nyaman dengan kehadiran saya, baru saya jelaskan tentang siapa saya. “ Saya Sindy Bu, temennya Roni dari Hyteria. Boleh ya bu saya motret dan nulis tentang ini?”, Bu Aminah pun terseyum dan mempersilahkan. Wajah beliau yang dekat dengan ras Koja membuatnya seperti artis India dengan peran nenek-nenek yang gayanya galak namun sebetulnya baik.
Sepatu pesta berwarna merah menjadi objek yang paling mencolok diantara yang lain, seumur hidup saya tak pernah memakai sepatu warna merah darah dengan hak setinggi itu. Sepatu itu adalah pesanan dari seorang wanita yang dibrandol harga Rp 100.000, merah brokat dengan ujung biru yang sangat manis. Pemesan sepatu custom Jordan Amor sudah menyebar di Jawa Tengah bahkan sampai Kota Kembang bandung.
Saat ini Bu Aminah hanya membuat sepatu berdasarkan pesanan, model bisa request dan harga pun sangat menyesuaikan dengan kantong pemesan. Namun untuk kulit, Bu Aminah hanya menyediakan kulit sintesis karena tenaga dan dan daya tidak sampai untuk mencari kulit asli. Di zaman Bu Aminah masih muda, distribusi sepatu Jordan Amor hampir memenuhi pasar-pasar di Semarang.
Perjalanan dengan sepatu ini sudah dilakoni Bu Aminah sejak usianya 17 tahun. Keadaan ekonomi yang makin mendesak apalagi dengan kehadiran buah hati, membuat Bu Aminah memutar otak. Bekerja di pabrik dan menjadi buruh tidak masuk dalam daftar pencarian pekerjaan. Beliau ingin pekerjaan yang memungkinkannya masih bisa mengasuh anaknya. Sepatu kemudian menjadi pilihan untuk menambah rejeki keluarga. Terinspirasi dari mertua yang juga berjualan sepatu di eranya, bisnis sepatu Jordan Amor pun dirintis dengan modal menjual giwang.
Jatuh bangun, hutang dengan tetangga, dan doa adalah siklus yang menemani perjalanan bisnis sepatu Jordan Amor. Nama Jordan Amor sendiri berasal dari nama cucu laki-laki dan perempuan Ibu Aminah yang saat ini sudah berada di perguruan tinggi. Sebelumnya, dijual dengan merek Diah, dan merek-merek asal comot lainnya.
Bagi Bu Aminah, Jordan Amor tidak sekedar merek sepatu yang menghasilkan pundi-pundi uang semata. Persaudaraan antar karyawan di sini dalam Jordan Amor membuat para karyawannya bertahan sangat lama. Seorang karyawan bernama Pak Usman bahkan sudah melakoni menjadi pengrajin sepatu sejak ia masih perjaka sampai kini ia bergelar kakek. “Dulu saya ikut rame-rame ke nikahannya, mbak”, cerita Bu Amanah. “ Karyawan saya lama-lama owk mbak, total ada empat karyawan yang membantu usaha ini”, sambunya lagi. Melalui ini pula Beliau bisa menghantarkan 2 dari 5 putranya ke perguruan tinggi.
Sistem gaji di Jordan Amor adalah per hari, rata-rata karyawan di sini mendapat gaji Rp75.000-85.000. Suasana bekerja di sini cukup tenang, dendang lagu dari radio menemani mereka bekerja. Pak Usman dkk memakan ragam lagu, dari mulai dangdut, melayu, lagu nostalgia dan rasanya mereka pun akan asik dengan musik jazz atau regge. Obrolan antar karyawan hanya seperlunya dan sekedarnya. Tangan dan mata bekerja sepenuhnya. Ruangan bekerjanya sendiri di teras kecil rumah Bu Aminah, sekedarnya dan masih bisa bertegur sapa dengan tetangga yang lewat. Sinar matahari yang mneyengat, saya rasa semakin menyehatkan tubuh dan jiwa para lansia ini. Etos kerja, semangat, dan dedikasi dari sang empunya mengalir sampai pada karyawannya. Hasilnya lingkungan kerja yang nyaman dan prodak-prodak apik minim komplain.
Kamu mau beli sepatu????Silahkan mampir di Jordan Amor, Kampung Malang-Purwodinatan. Sepatu cantik dan gagah siap menemani langkah harimu. Sindy