Budaya; termasuk pikiran, akal budi, maupun adat istiadat, merupakan disiplin pengetahuan yang sangat luas. Ia merasuk di tiap sudut ilmu pengetahuan, melampaui batas-batas geografis, dan membawa seperangkat nilai-norma yang mempengaruhi cara pandang seseorang atau kelompok tertentu. Mengamati budaya diibaratkan seperti mengamati lapisan epistemologis yang menyublim menjadi lisan dan/atau tulisan.
Di Kelurahan Sendangguwo sendiri, terdapat nilai budaya tradisional Jawa yang hidup berdampingan dengan ranah kesenian dan agama. Contohnya, agama cukup melekat di kehidupan warga RW 01, atau disebut juga Kampung Sendang. Kemudian, budaya menjadi suatu keyakinan tersendiri di bagian bawah RW 09; dekat Punden Guwo, sedangkan kesenian lekat di wilayah RW 09; di Kampung Lego. Menurut Yoga (27 tahun), “kalo Sendang sama Guwo udah ngga bisa disatukan karena di Sendang memiliki agama, di Guwo memiliki keyakinan kebudayaan… Bisa sih, tapi sulit ya… Tapi kalo kebudayaan sama kesenian masih bisa nyatu… Yang bisa nyatu malah orang-orang luar, walaupun tinggal disini…” Meskipun berbeda-beda, ketiga disiplin tersebut tetap menghidupkan aktivitas warga di Kelurahan Sendangguwo. Lakum diinukum wa liya diin, kutipan surat Al-Kafirun QS. 109: 6, yang berarti “untukmu agamamu, dan untukku agamaku” cukup mewakili keadaan warga di Sendangguwo; damai dan toleran.
Mbah Jian turut menjelaskan bahwa agama identik dengan budaya, dimana mencakup nilai-nilai ritual dan spiritual. Contohnya, dalam memperingati Tahun Baru Islam, warga Sendangguwo turut menggelar tahlil, pagelaran wayang, dan sedekah bumi. “…Wong itu semua muride jeng Sunan Kalijogo… Namanya Mbah Abdul Karim, Mbah Mustaqim, Mbah Saleh, sini Mbah Fatimah… Sana Mbah Roro Suwindho… Budaya dengan agama itu harusnya rukun mbak, seperti kereta dengan kuda. Ada kereta, ndak ada kusir, ndak berjalan. Agama itu kusir yang mengendalikan…” tutur Mbah Jian. Dengan demikian, kesenian turut menjadi lakon bagi ranah budaya dan agama untuk berpadu.
Diceritakan pula oleh Yoga, bahwa dalam persiapan pagelaran wayang orang, panembrama, mocopat, gambus, dan bentuk kesenian tradisional lainnya, karang taruna bersama warga Kelurahan Sendangguwo turut dilibatkan untuk memberikan pandangan, kritik, saran, maupun dukungan. Salah satu contohnya, pada hari Rabu lalu (20/09), Kelurahan Sendangguwo yang diwakili oleh RW 03 berhasil meraih Juara 1 Lomba Rebana. Lomba tersebut diselenggarakan oleh Kecamatan Tembalang sehingga Kelompok Rebana Sendangguwo terpilih ke tahap selanjutnya untuk mewakili kecamatan di Lomba Rebana Tingkat Kota Semarang. Sinergi antarwarga, pemerintah setempat, dan pemuda; tanpa pandang golongan atau kepercayaan tertentu, ikut bertanggungjawab atas kemajuan produksi pengetahuan; dan pembangunan berbasis warga.