Gamelan Sakprakat

Gamelan Sakprangkat

 

Gamelan merupakan seperangkat alat musik yang khas di Jawa Tengah, termasuk di Kelurahan Sendangguwo. Tidak hanya di daerah Jawa, gamelan juga dikenal di dataran Sunda, Bali, dan sebagainya. Hingga saat ini, gamelan dipercayai memiliki cerita yang membekas di ingatan warga Sendangguwo. Sebagaimana yang diketahui oleh Mbah Jian (65 tahun); selaku tokoh adat disana, “yang di punden dulu, itu ya… Gamelan itu tho kalo dipasang sesaji, orang mau hajatan, gamelannya keluar sendiri. Gamelan dengan seperangkat wayang itu bisa keluar sendiri. Sore ini pasang sesaji, paginya sudah keluar. Gamelan itu bisa dipinjam…” Sayangnya, tidak ada gambar asli dari gamelan tersebut.

Kemudian, Mbah Jian menambahkan bahwa gamelan tersebut bernama gamelan sakprangkat. Gamelan itu terdiri atas gendang; untuk menuntun gending, siter, bonang, gambang, saron, kempul, tethek, clenthem, gong, dan wayang; disertai lampu blincong, prak, dan gecrek. Ketika alat-alat musik demikian lengkap, maka gamelan pun sudah bisa dimainkan.

“Dahulu orang yang dipercaya disini, memohon pada Sang Pencipta, setelah memasang sesaji… Kalo biasane itu ya, bunga, kinang (daun sirih), jagung yang masih muda, bayem, tempe dipanggang… Sama dikasih cabe dengan santan. Terus kolak degan… Kolak pisang rojo, nah besok dipasang disitu… Memohon dengan Sang Pencipta, memohon petunjuk… Paginya keluar gamelan… Sekarang udah ndak mau keluar, udah ratusan tahun… Bahkan tahun 800-an, 900 dulu masih keluar.” tutur Mbah Jian.

Adapun, menurut Yoga (27 tahun), “kalo di (punden) Guwo itu, jadi ada batu lumpang… Batunya jeglong. Itu ceritanya… Gamelan itu dipinjem sama lain desa, gamelannya itu asli semua… Terus dipinjem, dikembalikan itu palsu… Terus yang jaga marah… Dan itu jadi batu lumpang itu… Ceritanya seperti itu.” Pada masa lalu, konon terdapat gamelan yang letaknya berada didalam gua, di Punden Guwo. “Jadi, gamelan itu kalo mau dipinjem, disadrani dulu, dikasi bancakan… Terus gamelannya muncul sendiri, dipinggir sungai. Terus kalo mau mengembalikan, ditaro dipinggir sungai lagi, dikasih sadranan… Terus besok paginya, gamelannya udah masuk kedalam gua lagi.” tambah Yoga.

Keberadaan gamelan sakprangkat diperkirakan sudah tidak dapat diketahui lagi secara persis bagaimana bentuk fisiknya, warna, atau alat yang mengiringi gamelan tersebut. Diharapkan timbul upaya lintas-sektor yang mencoba melacak sejarah, ritus, maupun kondisi artefak budaya peninggalan masa lalu. Hal demikian berguna untuk menata sekaligus mempelajari kembali interpretasi sejarah yang sempat usang; dalam rangka membangun peradaban yang berbudaya.     

Facebooktwitter

Leave a reply